Kota Berketahanan Iklim
yang Inklusif

Select your language

Aniessa Delima Sari, Regional Project Manager, United Cities and Local Governments Asia Pacific (UCLG ASPAC) mewakili CRIC Project menghadiri Lokakarya Pertukaran Pengetahuan Un Eropa-ASEAN yang Pertama bertema Kota Hijau dan Cerdas, di Pullman Hotel, Jakarta, Indonesia, Jumat, 22 Juli 2022.

Lokakarya ini diselenggarakan oleh UN Capital Development Fund (UNCDF), bekerja sama dengan Global Fund for Cities Development (FMDV) dan Sekretariat ASEAN dalam kerangka Program Smart Green ASEAN Cities (SGAC).

Program - yang didedikasikan untuk mendorong pengembangan solusi pendanaan dan pembiayaan guna mengimplementasikan proyek kota hijau dan pintar - ini adalah inisiatif unik dari Uni Eropa dan UNCDF berkonsultasi dengan Kelompok Kerja ASEAN untuk Kota Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan (AWGESC) dan Sekretariat ASEAN. Lokakarya ini bertujuan untuk menggali pengalaman dan pembelajaran dari kota-kota pelopor dan pemangku kepentingan utama dari kedua wilayah.

Dalam presentasinya, Aniessa berbagi tentang proyek CRIC dan keterlibatan mendalam kota-kota pelopor CRIC (pilot cities) dalam proses pengembangan Climate Action Plan (CAP). Kota-kota terlibat langsung dalam pemetaan dan inventarisasi gas rumah kaca (GRK), menilai kerentanan dan risiko kota dibantu mitra pelatihan CRIC dari CCROM, IPB.

“Keterlibatan tersebut menjadi tanda kepemilikan atas Proyek CRIC yang lebih baik dan menjadi nilai tambah proyek dari proyek dibandingkan dengan inisiatif-inisiatif lain yang sepenuhnya mengandalkan konsultan dalam mengembangkan Climate Action Plan (CAP),” ujar Aniessa.

Kota percontohan CRIC, menurut Aniessa, juga mengarusutamakan ketahanan iklim dan aksi iklim dalam rencana pembangunan mereka. Proses pengarusutamaan - disebut penandaan program/programmae tagging - mengidentifikasi inisiatif iklim daerah dan menghubungkan inisiatif tersebut dengan penganggaran dan pendanaan pembangunan daerah. "Ini penting karena kota-kota pelopor menyadari bahwa mereka berada di garis depan upaya mengatasi perubahan iklim, sehingga aksi iklim yang ereka lakukan menjadi relevan," tambahnya.

Aniessa menyebutkan untuk membangun ketahanan iklim diperlukan pendanaan iklim. Namun, pendanaan iklim - guna memanfaatkan pembiayaan dan investasi terkait ketahanan iklim - jarang sekali dikaji, karena kota masih memiliki kesenjangan dalam pengembangan Rencana Aksi Iklim.

Belajar dari pengalaman kota percontohan CRIC, Aniessa menawarkan beberapa peluang untuk meningkatkan kapasitas kota dalam pembiayaan iklim. Peluang-peluang tersebut meliputi: penguatan kapasitas "perencana kota" dalam pendanaan iklim sekaligus pemahaman calon investor tentang ketahanan iklim; meningkatkan pemahaman kota tentang kriteria investasi iklim dan meningkatkan kapasitas kelembagaan kota-kota tersebut untuk melaksanakan proyek iklim.

Keterlibatan CRIC dalam lokakarya ini penting guna memanfaatkan sepenuhnya praktik-praktik terbaik yang dikembangkan melalui inisiatif regional sebelumnya atau inisiatif yang tengah berlangsung. Acara ini juga akan menjadi platform pertukaran pengetahuan antar mitra pertama dan menjadi dasar bagi Komunitas Pemrakarsa Kota Cerdas & Hijau Uni Eropa dan Asean.

--##--

Kontributor: Aniessa Delima Sari (Regional Project Manager UCLG ASPAC)

CRIC
Kerjasama unik antara kota, pejabat, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi menuju kota yang tangguh dan inklusif.

Didanai oleh UE

CRIC
Proyek ini didanai oleh Uni Eropa

Kontak

Hizbullah Arief
hizbullah.arief@uclg-aspac.org

Pascaline Gaborit 
pascaline@pilot4dev.com