Kota Berketahanan Iklim
yang Inklusif

Select your language

Walikota Mataram H. Mohan Roliskana dan Walikota Bandar Lampung Eva Dwiana yang baru terpilih untuk periode 2020-2024, secara terpisah menegaskan komitmen mereka untuk mengatasi perubahan iklim melalui keterlibatan kota dalam Proyek Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC) serta mendukung upaya-upaya pengintegrasian ketahanan iklim dalam dokumen perencanaan pembangunan kota. Dalam pertemuan antara tim CRIC dengan kedua Walikota tersebut, Walikota juga berkomitmen mendukung pengembangan perangkat untuk mengatasi perubahan iklim di sektor prioritas, yakni terkait pengelolaan dan pemanfaatan sampah menjadi sumber energi di Mataram dan pengembangan sistem peringatan dini banjir di Bandar Lampung.

Mataram dan Bandar Lampung adalah dua dari 10 kota percontohan CRIC. Lima dari sepuluh kota ini mengalami transisi kepemimpinan pasca-pemilihan kepala daerah serentak 9 Desember 2020 lalu. Melalui pertemuan ini, CRIC memastikan bahwa kepala daerah di kota percontohan CRIC turut berada di garda depan dalam upaya pengendalian perubahan iklim yang selaras dengan agenda pembangunan nasional dan komitmen Indonesia secara global.

Di Mataram, Walikota terpilih H. Mohan Roliskana menyatakan, (7/4), bahwa pihaknya siap meneruskan komitmen untuk menyelenggarakan Proyek CRIC di Kota Mataram. Di Mataram, upaya pengelolaan sampah menjadi sektor prioritas yang akan difokuskan. Dalam kunjungan ke Mataram, Koordinator Proyek CRIC Putra Dwitama, salah satunya juga memaparkan tentang peluang untuk mereplikasi model pengelolaan sampah menjadi kompos dan energi listrik (Integrated Resource Recovery Center/IRRC) yang telah berhasil diterapkan UCLG ASPAC di Kabupaten Malang.

 

9

Dari kiri ke kanan: Wakil Walikota Mataram TGH Mujiburrahman, Walikota Mataram H Mohan Roliskana, Koordinator Proyek CRIC Putra Dwitama dan Kepala DLH Mataram M.N Fikri pada pertemuan di Mataram, 7 April 2021.
 

Walikota Mataram menyambut baik usulan ini mengingat sampah perkotaan merupakan salah satu isu krusial di Mataram. Pengembangan perangkat konversi sampah menjadi energi (WtE) ini juga diharapkan mampu mereduksi volume sampah sekaligus menghasilkan sumber energi listrik terbarukan. Seperti yang direncanakan dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, Bappeda Kota Mataram telah menyiapkan lokasi potensial untuk membangun TPS terpadu di mana model WtE yang mengacu pada IRRC akan dikembangkan. Lokasi yang diajukan terintegrasi dengan Pasar Induk untuk mengurangi biaya transportasi pengangkutan sampah.

 

Sistem peringatan dini banjir

Sementara di Bandar Lampung, Walikota terpilih Eva Dwiana menyambut baik kerja sama antara CRIC dengan Kota Bandar Lampung, terutama dalam upaya mengatasi banjir perkotaan. “Banjir menjadi salah satu masalah utama yang memang dihadapi oleh Bandar Lampung. Semoga dengan menjadi salah satu kota percontohan CRIC, kami mendapatkan dukungan untuk mengatasi banjir,” ujar Walikota Bandar Lampung.

 

BL lawatan

Manajer Proyek CRIC Arie Setiawan (kiri) menyerahkan Laporan Kajian Perkotaan Bandar Lampung kepada Walikota Bandar Lampung Eva Dwiana di Bandar Lampung, 7 April 2021.
 

Di Bandar Lampung, CRIC salah satunya akan membantu kota mengembangkan perangkat sistem peringatan dini untuk mengatasi banjir perkotaan yang terjadi 2-3 kali setiap tahun. Selain itu, melalui pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) CRIC, CRIC mendorong pengarusutamaan isu ketahanan iklim ke dalam RPJMD Kota Bandar Lampung yang saat ini sedang disusun. Kontribusi CRIC melalui integrasi isu perubahan iklim dalam dokumen perencanaan dan pembangunan, pengembangan perangkat, pembentukan Kelompok Kerja dan pelatihan Rencana Aksi Iklim, diharapkan dapat membantu kota agar berketahanan iklim.

Dalam pertemuan di Bandar Lampung yang dihadiri oleh tim CRIC (Arie Setiawan, Maria Serenade dan Anwar Hadipriyanto) ini, Walikota juga menekankan "perlunya kolaborasi antara pemerintah tingkat nasional, provinsi dan kota serta dengan kabupaten tetangga” untuk mengatasi banjir. Pendekatan kolaboratif yang melampaui batas administrasi, sektoral dan tingkatan pemerintah diperlukan untuk mengatasi banjir dan perubahan iklim.

Dalam kasus banjir, Walikota menekankan kebutuhan kolaborasi dengan Kabupaten Pesawaran dan Kabupaten Lampung Selatan yang sama-sama terdampak banjir. Kolaborasi ini juga diharapkan meluas dalam proses pengembangan dan penerapan sistem peringatan dini banjir, dengan melibatkan pihak perguruan tinggi dan kelompok masyarakat.

Tahun 2021, CRIC, melalui mitra di Eropa akan mengembangkan perangkat terkait pengelolaan sampah, sistem peringatan dini serta air dan sanitasi. Perangkat ini diharapkan dapat mulai diadopsi di kota pada tahun 2022.

CRIC
Kerjasama unik antara kota, pejabat, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi menuju kota yang tangguh dan inklusif.

Didanai oleh UE

CRIC
Proyek ini didanai oleh Uni Eropa

Kontak

Hizbullah Arief
hizbullah.arief@uclg-aspac.org

Pascaline Gaborit 
pascaline@pilot4dev.com