Kota Berketahanan Iklim
yang Inklusif

Select your language

Di Kota Kupang, dampak perubahan iklim akan memperburuk masalah akses dan ketersediaan air yang telah lama dihadapi warga. Kolaborasi antara Pemerintah Kota Kupang dan Climate Resilient and Inclusive Cities mencoba mencari keluar dari masalah ini.

“Kami membutuhkan terobosan dan solusi inovatif untuk mengatasi kelangkaan air di Kupang. Saat ini telah ada inisatif jangka pendek dan jangka panjang untuk meningkatkan akses air. Namun, kami butuh lebih banyak dukungan dan CRIC menawarkannya,” ujar Walikota Kupang Dr Jefirstson Riwu Kore di ruang kerjanya di Kota Kupang, Selasa (8/6).

 

 

Kupang 1

Walikota Kupang Dr Jefirstson Riwu Kore menerima Laporan Kajian Perkotaan dari Koordinator Proyek CRIC Putra Dwitama, 8 Juni 2021

 

Kupang b

Walikota Kupang Dr Jefirstson Riwu Kore dan Kepala Bappeda Kota Kupang Jeffry Pelt berdiskusi dengan Putra Dwitama dan Fransiska Sugi dari CRIC, 8 Juni 2021

 

Masalah air

Kota Kupang memekarkan diri dari Kabupaten Kupang pada tahun 1996. Kendati kedua wilayah ini dipisahkan oleh batas administrasi, namun keduanya memiliki karakteristik biofisik yang sama yang didominasi oleh lahan kering, serta mengalami curah hujan rendah dengan empat bulan musim basah dan delapan bulan musim kering dalam setahun. Warga Kota Kupang bergantung pada sumber air bawah tanah dan permukaan untuk memperoleh air. Seluruh sumber air permukaan mengalir dari kawasan hulu di Kabupaten Kupang.

Warga Kota Kupang memenuhi kebutuhan air melalui PDAM, sumur bor pribadi, jasa tangki air swasta dan depo air. Sebagai operator yang dikelola negara, PDAM baru mampu menyediakan air melalui jaringan pipa kepada 24% dari 470.000 populasi Kota Kupang.

Kepala Bappeda Kota Kupang Jeffry Pelt mengatakan salah satu penyebab kerentanan air adalah berkurangnya daerah tangkapan air di kawasan selatan Kota Kupang. “Daerah tangkapan air telah berubah menjadi permukiman karena pertumbuhan jumlah penduduk. Perubahan iklim akan menimbulkan lebih banyak risiko karena curah hujan tidak menentu dan stok air menipis,” ujarnya.

 

Kupang air

Sungai, salah satu sumber air warga Kota Kupang

 

Kupang coral 

Tanah di Kupang yang didominasi oleh karst

 

Membangun ketahanan iklim

Kupang adalah salah satu dari sepuluh kota percontohan CRIC yang berkomitmen mengatasi perubahan iklim melalui aksi-aksi iklim di kota. Melalui kunjungan CRIC ke Kota Kupang, 7-11 Juni 2021, disimpulkan bahwa kota perlu mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap sumber-sumber airnya. Dalam kunjungan ini, CRIC juga berdiskusi dengan Walikota Kupang dan Kelompok Kerja CRIC Kota Kupang.

Dalam rapat Kelompok Kerja CRIC, Koordinator Proyek CRIC Putra Dwitama menekankan perlunya “mengatasi masalah kelangkaan air dan meninjaunya dari aspek perubahan iklim”. Ia juga menambahkan bahwa CRIC akan mendukung Kota Kupang melalui kegiatan peningkatan kapasitas, dukungan teknis dan pembiayaan alternatif.

CRIC akan memberikan pelatihan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim untuk penyusunan Rencana Aksi Iklim sejak Juli 2021 hingga Februari 2022 kepada sepuluh kota percontohan CRIC. Pelatihan ini bertujuan meningkatkan kapasitas pemerintah daerah dalam menyusun rencana aksi iklim yang selaras dengan komitmen perubahan iklim di tingkat nasional. Melalui pelatihan ini, kota dapat meningkatkan ketahanan iklimnya sekaligus memastikan pemerataan manfaat sosial, lingkungan dan ekonomi kepada warga sebagai hasil dari pelaksanaan Rencana Aksi Iklim. CRIC, melalui ECOLISE, juga akan mengembangkan perangkat pengelolaan air untuk meningkatkan tata kelola air di Kota Kupang.

 

CRIC
Kerjasama unik antara kota, pejabat, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi menuju kota yang tangguh dan inklusif.

Didanai oleh UE

CRIC
Proyek ini didanai oleh Uni Eropa

Kontak

Hizbullah Arief
hizbullah.arief@uclg-aspac.org

Pascaline Gaborit 
pascaline@pilot4dev.com