Kota Berketahanan Iklim
yang Inklusif

Select your language

“Keterlibatan (organisasi pemerintah daerah) dari bawah menjadi inti pelatihan mitigasi ketiga ini.” Pernyataan itu disampaikan oleh Raindras Dwiarsa, staf Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) XIV Kupang saat diwawancara oleh CRIC Project, jumat, 17 Juni, saat menghadiri hari ketiga pelatihan mitigasi iklim di Hotel Sotis, yang difasilitasi oleh Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC) Project.

Pelatihan mitigasi iklim ini merupakan salah satu inisiatif CRIC – dengan pendanaan dari Uni Eropa – untuk membantu 10 kota pelopor (pilot cities) di Indonesia menyiapkan rencana mitigasi dan adaptasi iklim, berkoordinasi dengan para pemangku kepentingan seperti Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, CCROM (Centre for Climate Risk and Opportunity Management) dari Universitas IPB serta mitra-mitra internasional CRIC.

Alih-alih menyerahkan perencanaan mitigasi iklim kepada konsultan, Proyek CRIC memberikan pelatihan perencanaan aksi iklim secara langsung kepada kota-kota pelopor untuk tema mitigasi iklim dan adaptasi iklim.

Dalam pelatihan mitigasi iklim ini, peserta dari berbagai organisasi pemerintah daerah (OPD) bekerja sama untuk mengidentifikasi sumber gas rumah kaca untuk membuat inventarisasi gas rumah kaca, menganalisisnya sebagai baseline guna merancang rencana mitigasi iklim yang paling relevan untuk kota mereka.

Pelatihan kali ini dihadiri oleh 44 peserta (11 perempuan dan 33 laki-laki) dari berbagai sector seperti pertanian, kehutanan, penggunaan lahan, energi, dan limbah. Data gas rumah kaca dari sektor-sektor ini dianalisis, dikumpulkan, dan disusun oleh peserta – dengan bimbingan pelatih – menggunakan metodologi yang diberikan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan berdasarkan pedoman inventarisasi gas rumah kaca nasional dari IPCC.

Transparansi dan akurasi adalah dua aspek penting untuk menciptakan data atau inventarisasi gas rumah kaca di setiap sector, sebelum kota bisa menciptakan rencana mitigasi iklim yang tepat. Rencana mitigasi iklim ini akan membantu pemerintah pusat mencapai target pengurangan emisi gas rumah kaca yang disebutkan dalam Nationally Determined Contribution (NDC) Indonesia.

NDC menargetkan pengurangan emisi gas rumah kaca sebesar 29% (skenario mitigasi tak bersyarat) pada tahun 2030 atau 41% (skenario mitigasi bersyarat) dengan bantuan komunitas internasional.

"Kita harus berkolaborasi untuk mencapai target pengurangan emisi yang ambisius, baik skala nasional maupun global," ujar Prof. Rizaldi Boer, Direktur CCROM saat pelatihan mitigasi iklim hari ketiga di Kupang. "Ada banyak potensi pendanaan berkelanjutan guna mendukung aksi iklim di perkotaan dari Badan Pengelolaan Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), termasuk pendanaan internasional," tambah Prof. Rizaldi Boer.

-##-

Kontributor: Aniessa Delima Sari (UCLG ASPAC Regional Project Manager), Yusak Subnafeu (CRIC Field Officer for Mataram and Kupang), Aditya Pratama Nugraha Akbar (CRIC Project Internship)

CRIC
Kerjasama unik antara kota, pejabat, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi menuju kota yang tangguh dan inklusif.

Didanai oleh UE

CRIC
Proyek ini didanai oleh Uni Eropa

Kontak

Hizbullah Arief
hizbullah.arief@uclg-aspac.org

Pascaline Gaborit 
pascaline@pilot4dev.com