Kota Berketahanan Iklim
yang Inklusif

Select your language

Climate Resilient and Inclusive Cities (CRIC) menyelenggarakan acara peluncuran Pelatihan Penyusunan Rencana Aksi Iklim secara virtual, Rabu (30/6), untuk menandai dimulainya program pelatihan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di sepuluh kota percontohan CRIC di Indonesia. Setidaknya 100 orang berpartisipasi dalam kegiatan yang berhasil mempertemukan para pembuat kebijakan di tingkat nasional dan lokal serta para pakar perubahan iklim.

 

Sekretaris Jenderal UCLG ASPAC, Dr. Bernadia Irawati Tjandradewi, membuka acara dengan menyampaikan bahwa pandemi COVID-19 telah membuat kita menyadari tentang ambang batas ketahanan kita terhadap risiko multi-bahaya dan terhadap perubahan iklim. Dengan fakta tersebut, kota tidak boleh lagi menunda aksi untuk mengatasi perubahan iklim. “Melalui CRIC, kami berupaya untuk membantu sepuluh kota percontohan untuk merencanakan dan mengimplementasikan aksi iklim yang berbasis ilmiah,” katanya.

 Flyer Kick Off event

 

Pada acara ini, turut hadir Kepala Kerja Sama Delegasi Uni Eropa untuk Indonesia & Brunei Darussalam Hans Farnhammer. Ia menggarisbawahi bahwa penanganan perubahan iklim termasuk dalam prioritas utama di Eropa yang berupaya mencapai netralitas karbon pada tahun 2050. Langkah-langkah untuk mengurangi emisi gas rumah kaca ini juga meluas ke Indonesia yang merupakan mitra strategis Uni Eropa. Lebih lanjut, ia mendorong kerja sama antar pemangku kepentingan sebagai faktor penting dalam pelaksanaan Proyek CRIC di sepuluh kota percontohan.

Pelatihan Penyusunan Rencana Aksi Iklim akan dimulai sejak Juli 2021 hingga Mei 2022 di sepuluh kota dengan kerja sama antara Proyek CRIC dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI dan CCROM IPB. Koordinator CRIC Project, Putra Dwitama menjelaskan bahwa seluruh rangkaian pelatihan akan selaras dengan kerangka kerja dan kebijakan perubahan iklim di tingkat nasional. Ia juga menjelaskan bahwa Rencana Aksi Iklim merupakan respons terhadap keadaan darurat iklim sekaligus panduan untuk menyusun aksi dan strategi iklim tingkat kota.

Pada acara utama, Profesor Rizaldi Boer, Direktur Center for Climate Risk and Opportunity Management Southeast Asia Pacific (CCROM SEAP) di Institut Pertanian Bogor/IPB, memaparkan kerangka kerja Rencana Aksi Iklim di tingkat kota. Pembicara lain, Dr. Akhmad Faqih dari Departemen Geofisika dan Meteorologi IPB menjabarkan landasan ilmiah dari perubahan iklim. Acara ini juga turut mengundang Bapak Irwan Dharmawan dari Pusat Pembiayaan Perubahan Iklim & Kebijakan Multilateral Kementerian Keuangan RI yang menguraikan berbagai skema pembiayaan iklim yang dapat dimanfaatkan oleh pemerintah kota.

Melalui kegiatan ini CRIC mendorong kota untuk segera mengambil aksi iklim sekaligus menyampaikan dukungan yang dapat diberikan Proyek CRIC untuk mewujudkan aksi ini bersama-sama. Pelatihan Penyusunan Rencana Aksi Iklim diharapkan turut berkontribusi terhadap pencapaian komitmen Nationally Determined Contributions (NDCs) Indonesia melalui penciptaan dan penerapan solusi lokal berbasis ilmiah dan terukur yang direncanakan secara cermat.

Kegiatan ini dapat disaksikan ulang di kanal YouTube CRIC: https://youtu.be/n8eawoa2FMw 

 

Penulis: Astry Nurul Meidina & Maria Serenade

CRIC
Kerjasama unik antara kota, pejabat, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi menuju kota yang tangguh dan inklusif.

Didanai oleh UE

CRIC
Proyek ini didanai oleh Uni Eropa

Kontak

Hizbullah Arief
hizbullah.arief@uclg-aspac.org

Pascaline Gaborit 
pascaline@pilot4dev.com