Kota Berketahanan Iklim
yang Inklusif

Select your language

“Saya berharap kota-kota pelopor CRIC tidak mengulangi kesalahan yang dilakukan oleh kota-kota di Eropa selama satu abad terakhir,” ucap Sara Silva, Koordinator Proyek Ecolise dalam forum dialog daring antara kota-kota pelopor dan mitra internasional CRIC, Selasa, 28 Juni 2022.

Menurut Sara ada banyak cara dan praktik terbaik untuk mengatasi masalah lingkungan. Sara merespon inisiatif-inisiatif kota-kota pelopor untuk memitigasi risiko banjir di Kota Pangkalpinang dan mengurangi polusi dan limbah perkotaan di Kota Gorontalo

Perwakilan Kelompok Kerja Perubahan Iklim dan penanggung jawab untuk Proyek CRIC di Kota Pangkalpinang, Andy Andriadoria menyatakan bahwa Kota Pangkalpinang saat ini masih terus menyiapkan rencana aksi iklim berdasarkan dengan profil risiko iklim kota. Kota Pangkalpinang, menurut Andy memiliki kepadatan populasi yang relatif tinggi dan sedang mengembangkan sistem peringatan dini untuk masyarakat yang rentan terhadap banjir.

Pangkalpinang telah mengikuti pelatihan-pelatihan adaptasi iklim CRIC (A1 dan A2) dari bulan Agustus 2021 dan April 2022 yang mencakup pelatihan pengumpulan data dan risiko iklim serta penilaian kerentanan perubahan iklim. Selain mengembangkan sistem peringatan dini, Pangkalpinang juga bekerja sama dengan masyarakat di daerah pesisir untuk mengurangi abrasi, memperluas ruang terbuka hijau dan berupaya merehabilitasi tambang timah ilegal untuk meningkatkan tampungan atau resapan air di wilayahnya.

Sementara perwakilan dari Kelompok Kerja Perubahan Iklim Gorontalo, Mahathir Favlevy Monoarfa dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah menyatakan bahwa Kota Gorontalo sensitif terhadap cuaca ekstrem. Suhu rata-rata harian di Kota Gorontalo bisa mencapai 35,6 derajat Celsius. “Pada musim kemarau, kami akan mengalami suhu yang panas atau lebih panas karena matahari bisa bersinar selama 7-8 jam sehari,” tuturnya.

Kota Gorontalo baru-baru ini telah selesai melaksanakan Pelatihan Adaptasi Iklim pertama (A1) dari 2-8 Juni 2022 dan telah menyelesaikan semua pelatihan mitigasi iklim yang difasilitasi oleh CCROM dari IPB University.

Pascaline Gaborit dari Pilot4Dev memberikan apresiasi yang tinggi kepada semua kota-kota pelopor CRIC yang telah membentuk kelompok kerja mitigasi dan adaptasi perubahan iklim. “Kami (Mitra Internasional CRIC) ingin mengunjungi kota-kota pelopor CRIC. Selamat kepada kota-kota pelopor yang telah memiliki kelompok kerja adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. Banyak kota-kota di Eropa yang bahkan tidak punya kelompok kerja seperti ini.”

Sara dari Ecolise menambahkan bahwa pemerintah-pemerintah kota perlu menciptakan kampanye yang tidak hanya mempromosikan kesehatan manusia namun juga kesehatan lingkungan. “Dengan belajar dari kearifan dunia, kita bisa langsung melompat ke inovasi. Banyak sekali inovasi di sektor sanitasi, termasuk kebijakan-kebijakan yang baik dalam mengelola limbah dan menjadikannya kegiatan bisnis,” ucapnya.

Kedua kota pelopor dan mitra CRIC bersedia untuk saling memperkuat kerja sama memberikan pembelajaran dan solusi untuk masalah-masalah lingkungan tersebut.

--##--

Kontributor: Aniessa Delima Sari (UCLG ASPAC Regional Project Manager), Abimanyu Arya (CRIC Internship), Aditya Pratama Nugraha Akbar (CRIC Project Internship)..

CRIC
Kerjasama unik antara kota, pejabat, organisasi masyarakat sipil, dan akademisi menuju kota yang tangguh dan inklusif.

Didanai oleh UE

CRIC
Proyek ini didanai oleh Uni Eropa

Kontak

Hizbullah Arief
hizbullah.arief@uclg-aspac.org

Pascaline Gaborit 
pascaline@pilot4dev.com